Tuesday, June 10, 2008

A. Teori Motivasi Al-Ghazali

1. Struktur Jiwa

Menurut Al-Ghazali manusia terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi materi, dimensi nabati, dimensi hewani, dan dimensi kemanusiaan. Dalam tiga dimensi itu struktur jiwa manusia terdiri atas al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Unsur yang empat ini mengerucut pada satu makna yakni latifah atau al-ruh al-rabbaniyyah yang merupakan esensi manusia yang memiliki daya cerap, mengetahui dan mengenal, dan sekaligus menjadi obyek pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya.

2. Junud al-Qalb sebagai Unsur Motivasi

Menurut Al-Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh). Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).

B. Teori Motivasi Maslow

1. Hakikat Manusia

Tentang hakekat manusia Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki satu kesatuan jiwa dan raga yang bernilai baik, dan memiliki potensi-potensi. Yang dimaksud baik itu adalah yang mengakibatkan perkembangan kea rah aktualisasi diri.

2. Kebutuhan Pokok Manusia

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang akan selalu menjadi motivasi perilakunya, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk dapat sampai pada tingkat aktualisasi diri semua kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada tingkat sebelumnya harus terpenuhi. Selain kebutuhan pokok tersebut yang disebut basic needs manusia juga memiliki metaneeds sebagai kebutuhan pertumbuhan seperti keadilan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan.

3. Kebutuhan Pokok sebagai Unsur Motivasi

Teori Motivasi Maslow dibentuk atas dasar teori hirarki kebutuhan pokok. Dengan kata lain pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok inilah yang memotivasi manusia berbuat sesuatu. Teori ini tidak sekedar bersifat homeostatis tetapi juga homeostatis psikologis. Bahkan pada tingkat puncak kebutuhan yang disusun Maslow mengarah kepada mistisisme.

C. Hasil Perbandingan

1. Fitrah Manusia

Secara umum Al-Ghazali dan Maslow memandang fitrah sebagai potensi dasar dari manusia adalah positif dan baik. Perbedaannya terletak pada kriteria baik. Menurut Al-Ghazali nilai-nilai yang baik adalah yang didasarkan atas unsure-unsur ilahiyah yang ditiupkan Allah pada proses penciptaan manusia. Sedangkan menurut Maslow nilai-nilai yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia memenuhi kebutuhan pokoknya dan mencapai aktualisasi diri.

2. Kebutuhan Manusia

Bila Maslow mengelompakan kebutuhan manusia ke dalam lima macam secara hirarkis, maka membaginya ke menjadi dua yaitu kebutuhan mutlak yang bersifat vertikal, dan kebutuhan terikat yang bersifat horizontal. Kebutuhan horizontal merupakan media dan sarana untuk memenuhi kebutuhan vertikal yakni mencapai kedekatan dengan Allah SWT. Klasifikasi kebutuhan dalam teori Al-Ghazali ini didasarkan kepada etika dan moral. Sedangkan Maslow mendasarkannya pada kepuasan yang relatif. Sekalipun dengan istilah yang berbeda, tujuan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut baik menurut keduanya adalah untuk mencapai pengalaman puncak (peak experience).

3. Psikoterapi

a. Emosi

Menurut Al-Ghazali emosi pada dasarnya adalah gejolak dalam hati yang cenderung mengarah kepada dendam. Emosi ini harus senantiasa berada dalam posisi seimbang. Training untuk menyeimbangkan emosi adalah melalui riyadhah al-nafs.

Adapun Maslow berpandangan bahwa emosi cenderung bersifat positif. Emosi ini harus dikembangkan sehingga manusia mampu mengaktualisasikan segenap potensinya. Bukan bukan untuk dijauhi dan dikecam.

b. Konflik dan Macam-macamnya

Dalam pengertian Al-Ghazali konflik adalah suatu kondisi di saat hati berlawanan dengan kebaikan. Konflik ini terjadi ketika muncul dorongan ke arah kehidupan duniawi di satu sisi dan dorongan kehidupan akhirat di sisi lain. Sedangkan Maslow membagi konflik ke dalam kelompok, yaitu konflik yang bersifat ancaman dan yang bukan ancaman. Hanya konflik yang menimbulkan ancamanlah yang dianggap sebagai penyakit hati (psipatologis).

c. Upaya Memecahkan Konflik

Al-Ghazali mengajukan 10 langkah untuk memecahkan konflik, yaitu (1) Konsistensi dan ketulusan niat, (2) Ikhlas, (3) Penyesuain diri dengan kehendak Allah, (4) Tidak melakukan bid’ah, (5) Cita-cita yang tinggi, (6) Merasa lemah di hadapan Tuhan, (7) Memiliki sifat takut dan berharap, (8) Melakukan wirid, (9) Muraqabah dan (10) Berdo’a. Sementara bagi Maslow ada tujuh cara memecahkan konflik, yaitu (1) melalui pengungkapan, (2) Pemuasan kebutuhan pokok, (3) meniadakan ancaman, (4) peningkatan pemahaman, (5) saran dan wewenang, dan (7) perwujudan diri.

4. Aktualisasi Diri

a. Ciri-ciri Aktualisasi Diri

Al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah orang-orang yang senantiasa mentaati kaedah-kaedah agama dan memenuhi kewajiban baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama makhluk Allah. Sedangkan menurut Maslow cirri orang yang beraktualisasi diri adalah bersifat universal yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan universal dalam berhubungan dengan sesama. Tetapi tidak bermuatan agama.

b. Upaya Pencapaian Aktualisasi Diri

Menurut Al-Ghazali aktualisasi diri dapat dicapai melaui riyadlah al-nafs (pengendalian nafsu), tathahhur (penyucian jiwa), tahaqquq (kristalisasi), takhalluq (peneladanan terhadap sifat Allah), dan ‘uzlah (pengasingan diri). Berbeda dengan itu, Maslow menyebutkan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai aktualisasi diri adalah pemuasan kebutuhan-kebutuhan pokok, meditasi, dan pengasingan diri.

5. Pendidikan dan Nilai-nilainya

Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan tercermin dalam pendapatnya tentang hakikat, klasifikasi, tujuan dan cara mencapat ilmu. Ilmu adalah suatu proses untuk mendekatkan diri dan menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Ilmu ada yang bersifat hudluri (perolehan) dan ladunni (pemberian). Ilmu juga ada bersifat fardlu ‘ain dan ada yang fardlu kifayah. Dari segi kegunaan ilmu ada yang terpuji, tercela, dan netral. Semua ilmu itu tujuannya adalah mengenal Allah. Untuk mendapatkannya harus dibangun pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai akhlak mulia.

Sementara itu Maslow menyodorkan konsep pendidikan humanistik yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi manusia sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Pendidikan yang ideal adalah yang memberi kebebasan belajar sesuai keinginan, dapat dicapai oleh siapapun selama ia dapat memperbaiki dan belajar, dan memberikan kesempatan kepada siswa menemukan apa yang disukai dan diinginkannya. Tujuan pendidikan adalah menemukan identitias diri sebagai dasar mencapai tujuan hidup. Maslow mendukung pendidikan yang bermoral dan mencela yang sebaliknya (value free education).

No comments: