Thursday, January 8, 2009

Beribadah Dalam Tingkatan Pahala dan Dosa

IBADAH DALAM TINGKATAN PAHALA DAN DOSA


“Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (qs.2:183)

Kewajiban puasa diperuntukan untuk semua umat islam di dunia di bulan ramadan. Di bulan ramadan Allah SWT memberikan keistimewaan dibanding bulan yang lain. Mengapa istimewa ? …, karena dibulan ramadan, Allah SWT membuka rahmat, hikmah, taubah dan memberikan pahala yang lebih dibanding bulan yang lain.

Dengan keistimewaan itu umat islam berlomba-lomba dalam meningkatkan amal ibadahnya. Masjid dan Mushola lebih ramai dan lebih banyak aktifitasnya (lebih makmur), tadarus (baca Al-quran) hampir terdengar setiap hari, umat lebih mudah mengeluarkan sedekahnya sehingga semakin banyak pengemis musiman mengais rejeki, dan ibadah-ibadah yang lainnya. Dari semua ibadah itu diharapkan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat dari Allah SWT yang telah dijanjikan.

Dibulan ramadan juga umat islam diuji dengan lapar, dahaga, seks, ucapan, penglihatan, pendengaran dan berbagai kecenderungan hati yang jelek. Semua ujian ini sebagai proses pembinaan dan pembelajaran bagi umat islam untuk meningkatkan kadar keimanan kepada Allah SWT dan sebagai pengasah hati untuk berbagi sesama, merasakan penderitaan orang miskin dan lain-lain.

Seiring berlalunya bulan ramadan, berlalu juga semua amal ibadah kita yang biasa dilakukan dibulan ramadan. Masjid dan Mushola sepi, tadarus hampir tak terdengar lagi, sedekah tidak lagi. Mengapa semua ini terjadi ?…ini tidak lepas dari pemahaman umat islam yang salah tentang ibadah. Dalam beribadah sebagian besar umat islam lebih memfokuskan untuk mendapatkan pahala supaya masuk surga serta menghindarkan dosa supaya tidak masuk neraka. Jadi hal yang wajar jika banyak umat islam bersedekah dan beribadah pada bulan ramadan karena ia berharap pahala yang besar dan berlipat ganda, sementara di bulan lain pahalanya tidak sebesar pada bulan ramadan. Diibaratkan angkot yang sedang mengejar setoran. Dengan pemahaman seperti ini, bukan hal yang aneh apabila kita menemukan seseorang yang rajin sholat, puasa dan ibadah lainnya tetapi ia juga masih rajin melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma masyarakat atau agama, seakan semua ibadah yang pernah dilakukan tidak ada bekas dalam kepribadian ataupun dalam perilaku kehidupan sehari-hari sebagai mahluk sosial. Sebenarnya setiap ibadah mengandung makna yang sangat dalam. “sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”

Seharusnya dalam beribadah landasan utamanya adalah rido Allah, dan cinta kepada Allah bukan karena pahala atau dosa. Mungkin kalau boleh diibaratkan seperti kasih sayang seorang ibu dalam mengasuh, membimbing, mendidik dan membesarkan anaknya semenjak dalam kandungan hingga dewasa tanpa merperhitungkan pahala dosa atau untung rugi. Alangkah nikmatna apabila setiap perbuatan termasuk ibadah dilandaskan atas dasar cinta.


Mari kita evaluasi, apakah ibadah kita selama ini termasuk hanya mengharapkan pahala dan untuk menghindarkan dosa? … atau apakah kita termasuk orang yang berislam dengan sebenarnya islam.

No comments: